Thursday, July 23, 2015

Muslim Tolikara Banjir Bantuan, Rehabilitasi Dimulai





Bantuan sosial dari pemerintah pusat, daerah, dan partai politik membanjiri Kabupaten Tolikara, Papua, pasca-kerusuhan yang terjadi di wilayah itu pada Hari Raya Idul Fitri Jumat pekan lalu (17/7). Partai Persatuan Pembangunan kubu Muktamar Jakarta di bawah pimpinan Djan Faridz misalnya menyalurkan bantuan sosial senilai Rp 1,3 miliar.



Ketua Dewan Pimpinan Pusat PPP versi Muktamar Jakarta Ibnu Hajar mengatakan bantuan digunakan untuk pembangunan musala, rumah-rumah, serta kios yang hangus dilahap api saat kerusuhan terjadi. "Ada Rp 20 juta untuk kira-kira 60 rumah dan kios, serta Rp 100 juta untuk musala," kata Ibnu di Distrik Karubaga, Tolikara, Papua, Kamis (23/7).



Bantuan akan disalurkan melalui rekening bank setempat atas nama korban. Korban yang namanya sudah terdaftar dapat mengambil langsung bantuan tersebut.



Sementara itu, peletakan batu pertama untuk relokasi rumah dan kios telah diresmikan oleh Bupati Tolikara Usman Wanimbo. Usman bersama Kapolda Papua Inspketur Jenderal Yotje Mende, Panglima Derah Militer XVII/Cendrawasih Mayor Jenderal Fransen G. Siahaan, Pendeta Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Marthen Jingga, tokoh muslim Ustaz Ali Mukhtar, dan para pemuda muslim serta kristiani, secara simbolik memulai proses relokasi para korban dan pengungsi.



"Peletakan batu pertama ini dalam rangka percepatan penanganan musibah bencana sosial. Semua yang kami lakukan sebagai tanda kebersamaan yang selama ini sudah ada di Tolikara," kata Usman di Karubaga, Tolikara.



Rencananya, rumah dan kios yang terbakar akan direlokasi dari kawasan terminal ke Lapangan Ampera di Karubaga. Alasannya, pemerintah tak mengizinkan pembangunan rumah dan kios di atas kawasan terminal yang terbakar pekan lalu.



Hal senada diucapkan Pangdam XVII Cendrawasih Mayjen TNI Franssen G Siahaan. Franssen memastikan pihaknya terlibat dalam rekonsiliasi dan proses rekonstruksi infratruktur. Selain itu, TNI juga siap memantau kondisi pasca konflik.



"Kondisi di sini sudah kondusif. Saya sudah bicara dengan Ustaz Ali dan Pendeta Marthen. Semua persoalan lain dilaksanakan dengan musyawarah mufakat," kata Franssen.



Polemik pembangunan musala



Meski pembangunan rumah dan kios sudah mulai digarap, tidak demikian dengan musala. Ustaz Ali selaku tokoh muslim setempat mengatakan hingga kini belum menerima kepastian soal pembangunan tempat ibadah tersebut.



"Ini masih simpang siur. Artinya, belum jelas pemilik lahannya," kata dia.



Terlebih, pihak muslim dan kristiani dari GIDI di Tolikara kini tengah merumuskan deklarasi damai yang dituangkan dalam bentuk butir-butir kesepakatan. Hal tersebut guna memastikan pembangunan musala dapat terlaksana.



Berdasarkan cerita Ali, seluruh pembangunan tempat ibadah di Tolikara harus mendapat persetujuan GIDI. Beberapa waktu lalu, sebuah Gereja Advent dibubarkan dan pihak GIDI meminta jemaat Advent bergabung.



"Jadi sebenarnya, dengan adanya musala dan kami dibiarkan beribadah sebelum insiden, itu luar biasa," kata Ali.



Menurut pengakuan Ali, musala yang hanya menampung 100 orang itu telah dibangun oleh masyarakat setempat sejak 1988. Musala dibangun di atas tanah ulayat milik umat kristiani dan tokoh agama bermarga Yikwa.



Internal GIDI pun akan membahas persoalan pembangunan masjid itu. Pendeta Marthen tengah meminta persetujuan dari para tokoh gereja terkait perizinan pembangunan tempat ibadah umat muslim di Tolikara.



Kemarin, Polda Papua menangkap dua tersangka dalang kerusuhan di Tolikara. Kedua orang berinisial HK dan JW itu disebut Kapolri Jenderal Badrodin Haiti berasal dari GIDI.



Perdamaian antara muslim dan kristiani di Tolikara sendiri telah diresmikan Rabu (22/7). Pendeta Yunus Wenda dari GIDI dan Ustaz Haji Ali Muktar saling bersalaman dan berpelukan di lapangan Koramil yang juga menjadi lokasi salat Id saat kerusuhan pecah.



Pendeta Yunus meminta maaf karena telah menyakiti hati muslim. Dia berharap seluruh warga Tolikara kembali bersatu seperti semula. Harapan itu diamini oleh Ustaz Ali yang berdoa agar kerusuhan tak terjadi lagi di Tolikara. CNN