Monday, August 31, 2015

Sejak Maret, Rusia - NATO Nyaris terlibat Perang 66 kali





European Leadership Network (ELN) mencatat bahwa, Rusia dan NATO nyaris terlibat perang sebanyak 66 kali sejak Maret 2015. Hal itu terjadi karena pertemuan militer kedua kubu terlalu dakat saat latihan perang.



ELN mengimbau untuk pembuatan aturan baru tentang latihan perang untuk mengindari hal-hal yang memicu perang. Perseteruan Rusia dan NATO (terutama Amerika Serikat) masih memanas sejak Rusia menganeksasi Crimea dari Ukraina pada Maret 2014 lalu.



Sejak itu, kedua kubu telah mengintensifkan latihan perang berskala besar. Imbauan ELN itu muncul setelah sekelompok mantan menteri pertahanan dan mantan menteri luar negeri negara-negara Barat mengungkapkan pertemuan militer kedua kubu memang terlalu dekat, terutama dalam manuver pesawat jet tempur.



”Situasi ini matang dengan potensi yang diperhitungkan berbahaya atau kecelakaan yang dapat memicu memburuknya krisis atau bahkan konfrontasi militer langsung,” bunyi pernyataan para mantan menteri itu dalam sebuah laporan yang diterbitkan ELN.



Sebuah studi ELN menyatakan, NATO berencana menggelar sekitar 270 latihan perang pada tahun ini. Sedangkan Rusia telah mengumumkan 4.000 latihan militer di semua tingkatan.



Pada bulan lalu saja, Rusia memeringatkan latihan perang gabungan yang dipimpin AS di sebelah barat Ukraina yang bisa memicu konfrontasi dan menggagalkan proses perdamaian di Ukraina timur. Dalam latihan pada Juli lalu, 1.800 tentara dari 18 negara dikerahkan. Latihan itu sengaja ditujukan sebagai pesan khusus untuk separatis pro-Rusia di Ukraina timur.



Kementerian luar negeri Rusia mengecam latihan perang yang hanya berlangsung beberapa jam didekat perbatasan Ukraina dengan Polandia tersebut.



”Latihan militer yang melibatkan anggota NATO dan tentara Ukraina yang dimulai di wilayah Lviv di bawah komando AS jelas dari kebijakan provokatif NATO, untuk bertindak tegas mendukung kebijakan pemerintah Kiev saat ini di Ukraina timur,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia, seperti dikutip Daily Mail, semalam.



”Tindakan ini mungkin mengancam dan mengganggu kemajuan yang terlihat dalam proses perdamaian terkait krisis internal di Ukraina,” imbuh pernyataan kementerian itu.



DAILYMAIL | SINDO