Sunday, August 30, 2015

Kampanye #BuyPens di Sosmed Bantu ''Ayah Penjual Pulpen" asal Suriah Rp1,1 Miliar





Seorang imigran Suriah penjual pulpen di Beirut, Libanon, menjadi populer di media massa.



Semua bermula ketika Gissur Simonarson, seorang aktivis asal Oslo, Norwegia, mem-posting foto seorang ayah menjual pulpen di jalanan Beirut sambil menggendong anak perempuannya minggu lalu.



Foto ini mengguncang sebanyak 6.000 pengikut Simonarson di Twitter.



"Ini adalah foto yang sangat emosional," kata Simonarson kepada CNN. "Anda lihat raut wajahnya dan caranya memegang pulpen, seolah pulpen itu adalah segalanya baginya."



Hanya dalam beberapa jam kemudian, dari seluruh dunia, banyak yang ingin membantu pria dalam foto itu. Namun Simonarson tidak tahu siapa pria itu dan siapa yang mengambil fotonya.



Dari sana, media sosial menunjukkan kehebatannya. Para aktivis mulai menyebarkan foto itu, meminta bantuan agar pria itu ditemukan, dengan tagar #BuyPens.



Setelah pencarian selama dua hari, Abdul, nama pria itu, ditemukan.






"Akhirnya menemukannya. Setelah semua upaya, namun semuanya sepadan. Sekarang mari menolong mereka!" cuit Simonarson.



Dikutip dari CNN, Sabtu (29/8), Abdul ternyata seorang ayah yang merawat dua anaknya sendirian. Ia takjub ketika tahu bahwa ia sudah menjadi subyek pencarian internasional.



Anak perempuannya, 4 tahun, yang terlihat dalam foto, sangat senang dan meminta foto selfie dengan Carol Malouf, salah satu aktivis yang membantu keluarga itu.



"Reem menghampiriku, memelukku dan meminta foto selfie," tulis Malouf di Twitter.



Abdul lari dari Yarmouk, salah satu wilayah yang paling dikepung di Suriah.



Simonarson menggalang dana untuk mengumpulkan US$5.000 (Rp 69 juta) untuk Abdul dan kedua anaknya.



Kampanye #BuyPens mencapai jumlah itu hanya dalam 30 menit.



Bahkan, dalam 24 jam, #BuyPens mengumpulkan lebih dari US$80 ribu (Rp1,1 miliar) dari 3.000 orang.



"Ketika ia (Abdul) mendengar jumlah itu, ia ambruk dan mulai menangis," kata Simonarson. "Ia sangat berterima kasih dan ia terus mengatakan terima kasih untuk semua kebaikan kalian."







Abdul mengatakan ia akhirnya bisa menyekolahkan dua anaknya dari uang sumbangan itu. Abdul, 35, dulu pernah bekerja di pabrik cokelat sebelum perang memecah Suriah. Ia juga mengatakan ingin membantu pengungsi lain dari uang donasi yang ia terima.



Abdul adalah satu dari empat juta pengungsi yang terdaftar, banyak yang terdampar di sepanjang perbatasan Turki, Yordania dan Libanon.



Perang Suriah yang dimulai pada 2011 dengan protes damai untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad berkembang menjadi perang sipil dan telah menewaskan sekitar 240 ribu orang, sementara lebib dari 10 juta lain terusir dari rumah mereka.