Friday, August 28, 2015

Boomm..!! Dua Jenderal Irak Tewas Ditangan Bomber ISIS





Sebuah serangan bom bunuh diri di dekat kota Ramadi menewaskan lima orang, dua diantaranya adalah komandan senior militer Irak. Jenderal Abdel Rahman Abu Ragheef dan Brigjen Safeen Abdel Majeed adalah dua petinggi militer Irak yang tewas dalam serangan tersebut.



Jenderal Abdel Rahman Abu Ragheef adalah Wakil Komandan Operasi Strategis di Provinsi Anbar. Sedangkan sejawatnya, Brigjen Safeen Abdel Majeed adalah seorang komandan divisi, seperti dikutip dari BBC, Kamis (27/8/2015).



Brigjen Yahya Rasool mengatakan, bom meledak saat iring-iringan mobil tentara dicegat oleh mobil berisi bahan peledak yang tampaknya memang telah menargetkan konvoi tersebut.



"Namun, ledakan yang menyebabkan tewasnya dua jenderal kami adalah yang disebabkan oleh bom bunuh diri," ujarnya sembari menambahkan 10 orang lainnya terluka akibat serangan tersebut.



Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter mengatakan, kekalahan pasukan Irak dari milisi ISIS menunjukkan jika Irak tidak memiliki kemampuan untuk melawan.



ISIS Bertanggung Jawab



ISIS mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab atas insiden bom bunuh diri yang menewaskan dua jenderal di Provinsi Anbar, Irak. Pernyataan itu dikeluarkan ISIS di dunia maya.



Seperti dilansir oleh Xinhua, Kamis (27/8/2015), ISIS mengatakan ada empat bomber yang mengendarai kendaraan sarat dengan bahan peledak. Mereka didukung oleh dua anggota lainnya yang menggunakan senjata berat.



Para pelaku ditargetkan untuk menyerang markas utara operasi militer pemerintah di sebelah utara Provinsi Ramadi. Keseluruh pelaku, kata ISIS, tewas bersama dengan puluhan perwira dan prajurit termasuk Mayor Jenderal Abdel Rahman Abu Ragheef, Wakil Komandan Operasi Strategis di Provinsi Anbar, dan Brigjen Safeen Abdel Majeed seorang komandan Divisi X Angkatan Darat Irak.



Dalam pernyataannya, ISIS juga mengungkap identitas pelaku penyerangan. Dari daftar nama pelaku diketahui jika mereka adalah warga negara asing yang berasal dari Tunisia, Palestina (Jalur Gaza), Tajikistan, Jerman, Arab Saudi, dan Suriah.



BBC/SND