Wednesday, August 26, 2015

ISIS Sudah Eksekusi 30 pelaku Gay (LGBT)





Direktur organisasi hak-hak 'maho' internasional kepada PBB menyatakan, ISIS mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap kurang lebih 30 orang pelaku sodomi.



Direktur Eksekutif Komisi Internasional Hak-hak Gay dan Lesbi, Jessica Stern mengatakan, ISIS telah membentuk pengadilan yang menghukum pelaku sodomi dengan hukum rajam, regu tembak, pemenggalan, atau menjatuhkan para pelaku sodomi dari gedung-gedung yang tinggi.



"Selain para pria yang dianggap gay, mereka yang diidentifikasi sebagai transgender dan lesbi juga telah 'diperkosa' dan dibunuh," ungkap Stern seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (25/8/2015).



Stern mengaku khawatir, jika apa yang dilakukan oleh ISIS akan diikuti oleh kelompok lainnya.



"Ini tentang waktu. Setelah hampir 70 tahun diakui oleh PBB, nasib kaum LGBT yang diliputi oleh ketakutan kini muncul ke permukaan," kata Duta Besar Amerika Serikat, Samantha Power, yang berinisiatif mengadakan pertemuan ini dengan utusan PBB asal Chile, Christian Barros Melet.



Dalam sebuah catatannya, Power dan Melert mengatakan bahwa tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mendengar langsung laporan rinci terkait serangan terhadap kaum LGBT dan ancaman ISIS terhadap perdamaian dan keamanan internasional.



Power mengatakan, pertemuan ini terbuka untuk 193 negara anggota PBB karena memang ada peningkatan aksi ISIS dan memastikan kaum LGBT tidak menjadi target hanya karena orientasi seksualnya. Menurut catatan rapat, AS dan Chile menilai ISIS telah menempuh jalur di luar hukum untuk mengeksekusi kaum gay.



"Baru-baru ini, Observatorium Hak Asasi Manusia untuk Suriah  melaporkan bahwa ISIS telah menjatuhkan dua orang dari sebuah gedung di Palmyra, Suriah, dan kemudian melemparinya dengan batu hingga tewas," bunyi catatan itu.



Kelompok hak asasi gay memuji pertemuan ini. Namun, banyak perwakilan dari sejumlah negara yang tidak hadir dalam pertemuan ini. Tidak diketahui, perwakilan dari negara mana saja yang tidak hadir dalam pertemuan tersebut.



"Dengan adanya pertemuan ini, Dubes Power dan Melet telah memberitahukan bahwa pelanggaran hak asasi manusia terhadap kaum LGBT tidah hanya keji dan tidak manusiawi tetap juga sangat penting untuk keamanan global," ucap Presiden Human Rights Campaign (HRC), Chad Griffin.



HRC sendiri terkejut saat ISIS merilis video dan berkicau di Twitter tentang eksekusi yang dilakukan terhadap empat pria gay pada 26 Juni lalu yang bertepatan dengan keputusan Mahkamah Agung AS melegalkan pernikahan pasangan gay.



ALJAZEERA | SINDO