Friday, July 10, 2015

Tragedi 9/11 Bikin Rakyat AS Penasaran dengan Islam





Tragedi serangan 11 September 2001 atau 9/11 di Amerika Serikat (AS) justru membuat rakyat AS penasaran dengan Islam. Fenomena itu disampaikan Ahmad Fuadi, penulis buku "Negeri 5 Menara" yang pernah tinggal di AS saat tragedi itu terjadi.



Ahmad Fuadi mengatakan banyak warga AS penasaran karena marak pemberitaan bahwa pembajakan pesawat yang dihantamkan ke menara kembar WTC itu dilakukan militan al-Qaeda.



"Pasca-insiden 9/11 keingintahuan terhadap Islam lebih tinggi di AS,” kata Ahmad Fuadi, saat berbicara mengenai kehidupan Muslim di AS di Pusat Kebudayaan AS, di Jakarta, Kamis (9/7/2015).



"Buku-buku bernuansa Islam mendadak laris manis usai insiden tersebut," lanjut mantan wartawan Tempo itu.



Ahmad Fuadi tinggal di AS pada tahun 1999-2002. Dia tinggal di AS selama kuliah di Universitas George Washington. Lokasi kampus itu hanya berjarak beberapa ratus meter dari kantor Presiden AS, Gedung Putih.



Menurutnya, tragedi 9/11 tidak membuat dirinya mengalami diskriminasi di AS. Kendati demikian, dia tidak memungkiri jika diskriminasi terhadap warga minoritas masih terjadi di AS.



"Diskriminiasi mungkin saja terjadi, tapi tidak mayoritas. Pengalaman saya secara pribadi tidak pernah,” katanya.



Gereja AS Jadi Masjid



Bagi si penulis buku "Negeri 5 Menara" menjalani hidup di Amerika Serikat (AS) sebagai warga Muslim tidak sesulit yang dibayangkan banyak orang. Namun, ia mengaku, awalnya pernah mengira bahwa hidup sebagai Muslim di AS akan sulit.



Ahmad menimba ilmu di Universitas George Washington pada tahun 1999 hingga 2002. Menurutnya, anggapan negatif itu hilang ketika dia merasakan sendiri hidup di Negeri Paman Sam.



Dia tidak pernah mengalami kesulitan untuk menjalankan salat, karena di kampusnya sudah ada ruang khusus yang difungsikan sebagai musala.



"Di lantai tiga gedung kegiatan mahasiswa di Univeristas George Washington terdapat musala," katanya, Kamis (9/7/2015).



Menurutnya, kehidupan beragama di AS sangat baik. Hal itu, lanjut dia, terlihat ketika remaja Muslim di Indonesia hendak mencari lokasi salat Jumat, di mana gereja yang berada di tengah universitas bersedia dialihfungsikan menjadi masjid selama satu hari.



Pria asal Sumatra Barat itu juga mengaku lebih religius ketika dia berada di AS. Karena, selama berada di negara Barack Obama itu, Ahmad Fuadi mengaku lebih sering ikut pengajian dan kegiatan lainnya yang digelar komunitas Muslim Indonesia di AS.



"Ketika jauh dari root kita, dari akar, saat kita menjadi kaum minoritas, kita akan semakin menunjukan identitas kita,” ujarnya. SINDO