Saturday, July 25, 2015

JK bikin Tim Pemantau Speaker dinilai Kebablasan





Pembentukan tim pemantau pengeras suara masjid yang dilakukan ketua umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla terlalu berlebihan.



"Indonesia menjadi contoh kebebasan beragama di dunia internasional. Ini negara yang dibangun dengan keberagaman. Jangan sampai ada phobia terhadap Islam," ujar Anggota Komisi VIII, Maman Immanulhaq.



menjelaskan, daripada melakukan pembentukan tim pemantau pengeras suara masjid, lebih baik mendorong agar pengelolaan masjid menjadi lebih profesional.



Caranya, kata Maman, dengan meminta pengurus masjid mengganti speaker masjid yang rusak, mengatur waktu penggunaan speaker dan menggunakan qori yang memiliki suara dan pengucapan tajwid yang tepat untuk didengarkan kepada masyarakat.



Selain itu, DMI dapat mendirikan wadah untuk menciptakan qori terbaik dan memfasilitasi perekaman suara qori tersebut untuk kemudian dibagikan ke masjid-masjid.



Juru bicara JK, Husain Abdullah, menyebutkan Jusuf Kalla membentuk tim memantau pemutaran kaset-kaset pengajian di masjid-masjid. Lewat tim ini, JK bermaksud menghimpun fakta di lapangan untuk mengukur tingkat kebisingan suara kaset pengajian.



“Sebuah masjid yang tampak megah dengan loudspeaker mahal dan bagus tapi pemasangannya tidak tepat, akhirnya tidak menghasilkan suara yang baik,” kata Husain.



Oleh karena itu, tim DMI tak hanya memantau yang di dalam tetapi juga loudspeaker luar untuk mengetahui kualitas suara dan jangkauannya.



Dalam kesempatan lain, Husain menjelaskan pernyataan Jusuf Kalla ketika ditanya soal penyebab insiden pembakaran Tolikara sepekan lalu. Wartawan saat itu bertanya,''Pak JK kira-kira penyebab kasusnya apa pak. Kapolri bilang terkait masalah speaker. Apakah benar seperti itu dan kira-kira himbauan Pak JK seperti apa?''