Tuesday, August 18, 2015

Sindir Pemimpin Penipu, Doa Penutup Sidang MPR Menohok Jokowi





Sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) yang ditutup pada Jumat (15/8) menghadirkan suatu kehebohan di dunia maya.



Hal yang membuat ramai para netizen adalah perihal doa yang dibacakan oleh KH Khoirul Muna. Dalam doa tersebut berisi sindiran terhadap Pemimpin pemberi janji palsu dan pemerintah yang belum mampu memberi kesejahteraan bagi masyarakat.



Sosok anggota Komisi VIII DPR RI KH Chairul Muna menjadi mengemuka di media massa maupun dunia maya. Lantaran doanya setelah pidato kenegaraan Presiden RI Jokowi pada Jumat (14/8) lalu dianggap menohok kinerja para pemimpin.



Bahkan Menteri Kehutanan Siti Nurbaya dan Ketua DPD RI Irman Gusman mengakui sangat menghayati isi doa itu.



“Menteri -menteri yang kinerjanya buruk dan penuh kepalsuan tersindir. Tapi, bagi pejabat -pejabat yang bekerja secara lurus, mereka akan menikmati doa tersebut,” ujar Chairul pada Republika, Senin (17/8).



Chairul mengatakan, ia bisa menghayati total dalam membaca doa tersebut karena mengaku selalu bersentuhan dengan kemiskinan.



''Saya menangis betul dengan kondisi ini. Saya ini kan wakil rakyat, pundak saya ini membawa aspirasi masyarakat ke Senayan,'' kata politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) ini.



Chairul mengkisahkan, saat reses ia selalu bersentuhan dengan rakyat di 26 daerah melalui program bedah rumah dan penyaluran dana program simpanan keluarga sejahtera.



Menurut Chairul, doa tersebut merupakan bagian dari kritikan langsung kepada pemerintah, namun dengan cara-cara yang santun. ''Indonesia ini perlu dibenahi. Kemiskinan itu nyata. Orang -orang yang di bawah sangat menderita,'' ujarnya.



Meski demikian, Chairul mengaku tidak sendirian merumuskan konten doa yang dibacakan di hadapan presiden tersebut. Ia menyusun rangkaian doa -doa itu dibantu oleh rekan-rekannya di fraksi Partai Nasdem.



Terkait dengan adab berdoa, Chairul menilai tidak mempersoalkan cara. Yang penting, kata dia, berdoa itu dengan merendahkan diri pada Allah SWT, bukan pada manusia.



Berikut beberapa kalimat yang diungkapkan sang pembaca doa yang isinya menyentuh:




"Di hari-hari ini kami meghadapi ujian berat, mulai dari alam yang kurang bersahabat, kekeringan di mana-mana, harga kebutuhan pokok yang masih melangit, ekonomi yang belum pulih, hingga penegakan hukum yang masih mencederai rasa keadilan rakyat. Sungguh pun begitu, segelintir penguasa masih acuh tak acuh, tak peduli kesengsaraan rakyat, sehingga rakyat semakin berang, jengkel, dan galau, karena mereka tidak memberikan suri tauladan.



Bebaskanlah kami dari berita-berita bohong, janji-janji palsu, dan harapan-harapan kosong, karena sesungguhnya tidaklah elok mereka memanipulasi dan menipu rakyat yang sengsara, menderita, dan hampir berputus asa.



Ya Allah, sudah lama rakyat kami bersabar, meskipun mereka miskin harta tapi kaya jiwa sehingga mampu memaafkan mereka yang menyengsarakan hidupnya.



Berikanlah kami pemimpin yang sejati, yang satu kata dengan perbatan, yang insyaf dan ingin bertaubat... Anugerahkanlah pemimpin kami agar senantiasa memiliki kepekaan dan kesalehan sosial, kewarasan pikiran, dan kebeningan hati nurani.



Sirami hati mereka untuk terus bermuhasabah, mengkoreksi diri dan hendaknya selalu peduli pada derita insani Indonesia."