Protes anti-Beijing di Turki mengharuskan pemerintah China untuk mengeluarkan peringatan bagi warganya yang berada di Turki atau hendak melakukan perjalanan ke sana. Pasalnya, para demonstran anti-Beijing tersebut mengincar orang-orang China di negaranya, khususnya pegawai pemerintahan.
Hal ini disampaikan langsung oleh Kementerian Luar Negeri China. Mereka menganggap adanya protes terhadap China di Turki benar terjadi. Para demonstran mengatakan dalam protesnya akan menyerang dan mengganggu turis-turis China, khususnya pegawai pemerintah China.
Aksi protes anti-Beijing itu dimulai dari adanya pemberitaan muslim Uighur di Provinsi Xinjiang dikekang oleh pemerintah China. Pengekangan dalam hal ini adalah dilarangnya mereka solat dan berpuasa di bulan Ramadan.
Travel Warning ini adalah buah dari ketegangan China-Turki terkait pengekangan beragama yang dilakukan pemerintah Beijing terhadap etnis Muslim Uighur di Xinjiang.
Dilansir dari stasiun televisi Aljazeera, Senin (6/7), para demonstran pergi ke Konsulat Jenderal China di Istanbul pada Minggu kemarin. Dalam aksinya, mereka membakar bendera Negeri Tirai Bambu tersebut.
"Mereka (muslim Uighur) merupakan saudara kita dan mereka dibatasi untuk menjalankan kepercayaannya," kata Muhammet Gokce (17), salah satu pendemo.
Para pendemo tersebut mengenakan ikatan lengan berwarna biru dengan tulisan 'Orang Turki Timur, kalian tidak sendiri'.
Dalam pernyataannya seperti diberitakan CNN, Kedutaan China memperingatkan wisatawan untuk menjaga keselamatan diri dan menghindari pergi sendirian. Wisatawan asal China juga diimbau tidak mendekati kerumunan demonstran atau mengambil foto mereka.
Sebelumnya akhir pekan lalu terjadi serangkaian protes anti-China di Istanbul untuk mendukung Uighur. Dalam demonstrasi itu terdapat aksi bakar bendera China.
Pada salah satu insiden yang terekam kamera, terlihat polisi mencoba mencegah demonstran yang menyerang beberapa turis dari Asia Timur. Seorang turis wanita menjadi korban penyerangan karena dikira berasal dari China, padahal dia mengaku datang dari Korea.
Surat kabar Turki juga menunjukkan foto restoran "Happy-China" di Istanbul dirusak, jendela dipecahkan, diduga dilakukan oleh demonstran anti-China.
Pekan lalu Turki mengirimkan nota diplomatik ke China menyatakan keprihatinan dan kekecewaan mendengar laporan bahwa Muslim Uighur di Xinjiang dilarang berpuasa di bulan Ramadan.
China membantah mengekang kebebasan beribadah umat Islam di Xinjiang. Pada pernyataan resmi tanggal 2 Juli, situs Kedutaan China di Turki menuliskan, "Perasaan, kebutuhan dan tradisi beragama warga Muslim sepenuhnya dihargai dan dilindungi."
Kendati China membantah, namun beberapa situs pemerintahan kota di Xinjiang berkata sebaliknya. Dalam perintahnya, pemerintah kota Xinjiang melarang siswa, pegawai negeri sipil dan anggota Partai Komunis untuk berpuasa di bulan Ramadan.
Salah satunya adalah situs Badan Obat dan Makanan di kota Jinghe, Xinjiang, yang memerintahkan pegawainya menandatangani pernyataan untuk patuh para pemerintah dan tidak berpuasa serta tidak melakukan peribadatan.