Saturday, July 11, 2015

Kapolri bilang: GAM Gabung ISIS Cuma Gertak!





Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti mengatakan rencana keberangkatan sekitar 100 orang eks pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke Suriah untuk berjihad dengan ISIS adalah tidak benar.



"Mereka hanya minta dana ke pemerintah daerah setempat, tapi tidak dikasih. Jadi mengancam saja, untuk menakut-nakuti," katanya dikutip ACW dari Tempo, Kamis, 9 Juli 2015.



Badrodin mengaku mendapatkan kepastian informasi tersebut langsung dari Kepala Kepolisian Daerah Aceh. "(Informasi) dari Kapolda begitu. Eks GAM kan tidak punya pekerjaan di sana, makanya mencari perhatian," ujar dia.



Aksi sensasional Din Robot cs yang didukung tim pengacara muslim (TPM), Safaruddin juga heboh di media sosial. Para netizen mengungkapkan pandangannya terkait keinginan mantan GAM bergabung dengan ISIS.



Pengamat terorisme Al Chaidar menilai ancaman yang dimotori Fakhruddin bin Kasem alias Din Robot itu sebetulnya sudah muncul sejak 2014.



Dia menilai ancaman tersebut sebagai ekspresi protes mantan anggota GAM terhadap Gubernur Aceh Zaini Abdullah. “Itu hanya (ancaman yang) enggak serius,” kata Al Chaidar



Ingkar Janji



Menurut dia, para mantan anggota GAM merasa kehiduapan ekonominya tidak kunjung berubah. Padahal pada masa kampanye, kata dia, Zaini berjanji untuk memperhatikan nasib mantan anggota GAM.



Namun usai terpilih, sambung Al Chaidar, janji tersebut tidak kunjung ditepati Zaini beserta wakilnya Muzakir Manaf.



Menurut dia, Din Robot menganggap Zaini sebagai pemimpin yang hanya memikirkan internal keluarganya saja tanpa melihat kondisi masyarakat yang dipimpinnya.



Sejumlah 100 eks pejuang GAM menyatakan siap bergabung dengan Negara Islam (ISIS). Kombatan GAM dimotori Fakhruddin bin Kasem alias Din Robot, warga Desa Kuta Binje, Julok, Aceh Timur.



Din tercatat sebagai bekas Wakil Panglima GAM Wilayah Peureulak, Sagoe Kuta Awe Duek. Menurut Din, ide bergabung dengan ISIS muncul karena di Aceh tak lagi “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”.



“Artinya, siapa yang kuat, dia yang dapat. Dan siapa yang dekat dengan pemimpin pemimpin GAM, dialah yang mendapat kekayaan. Sementara GAM sendiri tidak jaya,” ujarnya, kemarin.



Din menyatakan kondisi di Aceh sangat berbeda ketika masa konflik. Para eks kombatan ketika itu bahu-membahu dan saling menolong. Namun kini sudah berubah.



“Daripada di Aceh hidup menderita, lebih baik menderita di negeri orang. Kalaupun mati, kami tidak melawan negara, saudara, dan kesatuan GAM,” ucapnya.



TMP | SND