Penyerangan di sebuah kawasan di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, terjadi bertepatan dengan hari raya Idul Fitri oleh umat muslim, Jumat (17/7). Akibat penyerangan, puluhan kios, rumah, dan sebuah mushola hangus terbakar.
Berdalih pengamanan, polisi langsung menembak tiga dari 11 orang yang diduga pelaku penyerangan. Endi Wanimbo (15) yang turut dalam penyerangan, meninggal dunia karena luka tembak.
Badan Intelijen Negara (BIN) mengakui jika 11 Juli 2015 pihak BIN dan aparat telah mengetahui adanya surat edaran berupa pembatasan ibadah Idul Fitri di Tolikara.
"Tanggal 11 (Juli) seluruh aparat sudah tahu karena ada edaran tidak boleh solat Ied dari GIDI," kata Kepala BIN Sutiyoso di Kantor Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu (22/7).
Namun, Sutiyoso menjelaskan surat edaran tersebut tidak ditandatangani oleh Presiden GIDI dan pada 13 Juli 2015 sempat dilakukan rapat Muspida Tolikara termasuk Ulama dan Presiden GIDI di dalamnya. Dalam rapat tersebut telah terjalin kesepakatan bahwa solat Ied tetap dilaksanakan. Bahkan permintaan itu langsung keluar dari mulut Presiden GIDI.
"Presiden GIDI mencabut edaran yang dianggap tidak melalui dia, yaitu hanya lewat satu pengurus dan sekretaris saja," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Antisipasi menurut Sutiyoso telah ia lakukan termasuk respon dari aparat, namun jumlahnya menjadi faktor pecah kerusuhan di Tolikara saat itu. Bukan itu saja, persetujuan untuk tetap menjalankan ibadah Idul Fitri oleh semua pihak sempat membuat aparat terkecoh.
"Kota kecil seperti itu dan pasukan terbatas cuma 42. Lagian juga dia pikir semua pihak sudah setuju termasuk Presiden GIDI, tapi ternyata diserbu seperti itu dengan massa yang banyak."
Terkait adanya penembakan yang menimbulkan satu korban jiwa di Tolikara, Sutiyoso menyerahkan sepenuhnya pada kepolisian, termasuk apakah prosedur penembakan dijalakan dengan benar atau tidak. Polisi dianggap telah berperan cepat termasuk memeriksa anggotanya yang memuntahkan timah panas, termasuk beberapa orang yang diduga menjadi koordinator lapangan dalam insiden lalu.
"Kami fair saja, tapi tidak berhenti disitu. Akan dicari siapa tokoh intelektualnya."
Menegaskan kesimpangsiuran mengenai keberadaan surat edaran GIDI, Sutiyoso mengatakan jika itu benar adanya, namun seperti dikatakannya surat edaran itu diedarkan tapa sepengetahuan pimpinan tertinggi GIDI. Apakah BIN kecolongan atas kejadian ini? Enggan menjawab, Sutiyoso menyerahkan sepenuhnya penilaian itu kepada publik.
"Ya silahkan sajalah (mau dikatakan kecolongan), sudah saya kasih penjelasan. Kamu nilai sendiri saja."
CNN
Your Ads Here
Wednesday, July 22, 2015
BIN Ternyata Sudah Tahu Surat Edaran GIDI Sejak 11 Juli, Kenapa BIN diam?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)